HOW MEMORY MESSED UP MY PERCEPTION
Hai! Kali ini saya akan membahas tentang bagaimana sebuah
memori dapat mempengaruhi persepsi saya. Pengertian persepsi adalah tanggapan
langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui pengindraan. Sedangkan dalam kamus besar psikologi, persepsi diartikan
sebagai suatu proses pengamatan seseorang terhadap lingkungan dengan
menggunakan indra-indra yang dimiliki sehingga ia menjadi sadar akan segala
sesuatu yang ada dilingkungannya. Persepsi dipengaruhi
oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain adalah
fisiologis, perhatian, minat, kebutuhan yang searah, pengalaman dan ingatan,
dan suasana hati. Faktor eksternal adalah ukuran dan penempatan objek, warna dari
objek, keunikan dan kekontrasan stimulus, intensitas dan kekuatan dari
situmulus, dan motion atau gerakan. Berikut adalah pengalaman saya tentang bagaimana memori
dapat mempengaruhi persepsi dan membentuk persepsi baru.
Saat saya SMA saya sangat suka memakan junk food diantaranya
adalah pizza. Ketika saya sedang ada tugas sekolah yang harus dikerjakan sampai
malam, seringkali saya merasa lapar saat tengah malam, saya berniat untuk
membeli makanan yang dapat membuat saya semangat untuk mengerjakan tugas sampai
dini hari dan dapat meningkatkan mood saya. Beberapa restoran makanan cepat
saji bahkan membuka restorannya 24 jam karena mengetahui ada banyak pelanggan
yang tetap berdatangan di waktu tengah malam atau dini hari. Hal pertama yang
terpikirkan oleh saya adalah membeli pizza. Karena pada pukul 23.00 orang-orang
rumah sudah pada tidur, alhasil saya bisa serakah untuk makan pizza semau dan
sekenyang saya. Junk food bisa membuat saya ketagihan dan dapat mengkonsumsi
dalam jumlah banyak karena rasanya yang enak.
Sebuah penelitian lain yang dilakukan di University of
Calgary dan University of British Columbia yang memakai objek penelitian tikus
juga menemukan jika tikus yang diberi makanan berlemak layaknya junk food
ternyata memiliki peningkatan aktivitas otak dan juga nafsu makan secara pesat.
Bahkan, nafsu makan tikus pun cenderung tidak terkontrol sehingga tikus
mengalami lonjakan berat badan dengan signifikan.
Yang saya pikirkan waktu itu adalah “ah makan aja mumpung
masih bisa makan enak” dan akhirnya saya mengkonsumsi secara berlebihan. Keesokan
harinya baru terasa efeknya setelah makan junk food berlebihan membuat badan
saya merasa tidak enak (terasa berat, pegal-pegal) dan mood saya tambah buruk.
Para peneliti di Penn State University menemukan bahwa
kebiasaan makan yang buruk benar-benar dapat memperkeruh suasana hati
seseorang. Penelitian ini juga menemukan bahwa makanan dan suasana hati sangat
berkaitan erat. Sebuah studi pada 2012 dalam jurnal Public Health Nutrition
mengungkapkan bahwa orang yang makan junk food ternyata 51 persen lebih mungkin
menunjukkan tanda-tanda depresi. Ketika sukarelawan penelitian memakan makanan
ini, semakin besar kemungkinan mereka menjadi depresi.
Persepsi saya yang tadinya sangat suka memakan junk food
karena rasanya yang enak berubah menjadi rasa enak junk food hanya bertahan sementara,
bahkan junkfood bisa membuat efek buruk dan mood turun. Hal ini membuat saya untuk lebih bisa mengkontrol untuk tidak mengkonsumsi lebih makanan junk food.
Comments
Post a Comment